Header Ads

Ternyata Produksi Mie Indomie di Jawa Berbeda Dengan Luar Jawa

Sudah lama terdengar kabar mengenai perbedaan Indomie goreng yang diproduksi di Pulau Jawa dengan yang ada di Sumatra atau daerah luar Pulau Jawa lainnya.

Hal ini kembali ramai dibicarakan warganet di media sosial Twitter. Akun dengan nama @trialogy mengunggah foto yang menunjukkan perbedaan mi goreng di Jawa dan Sumatra, pada Rabu (21/7/2021).

Perbedaan yang dimaksud bukan terletak pada mi, melainkan pada bumbu yang digunakan.

Mi goreng di Pulau Jawa menggunakan saus untuk menciptakan pedas pada sajian mi, sedangkan Indomie di luar Pulau Jawa memakai bubuk cabai.

Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (9/6/2020), Head of Corporate Public Relation Indofood, Novi Arlaida, membenarkan perbedaan bumbu Indomie di Jawa dan Sumatra.

Novi mengatakan, perbedaan antara bumbu Indomie di Jawa dan luar Jawa sudah ada sejak 10 tahun lalu.

 

“Di pasar sudah ada lama sekali, sudah lebih dari 10 tahunan,” ujar Novi.

Menurut Novi, perbedaan bumbu itu bertujuan untuk menyesuaikan selera masyarakat yang mengonsumsi Indomie di kedua wilayah tersebut.

“Untuk di Jawa (produksi di Pulai Jawa) betul menggunakan saus cabai, untuk yang luar Jawa menggunakan bubuk cabai,” kata Novi.

“Karena mereka (masyarakat di Pulau Jawa) lebih suka Indomie dengan saus cabai, tapi kalau mereka yang di luar Jawa lebih suka Indomie dengan bubuk cabai,” imbuhnya.

Sementara itu, General Manager Marketing Noodle Division PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk, Julia Atman juga membenarkan mengenai adanya perbedaan bumbu Indomie di Jawa dan luar Jawa.

“Indomie goreng memiliki 2 SKU (Stock Keeping Unit) yang disesuaikan dengan lidah masyarakat,” ujar Julia.

 

Julia menjelaskan, sebelum meluncurkan produk, Tim Marketing Noodle melakukan serangkaian tes dan mendapatkan pandangan berbeda dari konsumen di beberapa daerah.

“Sebelum meluncurkan produk ke pasar, Tim Marketing Noodle melakukan tes dan mendapatkan insight yang berbeda dari masyarakat penggemar Indomie goreng di Indonesia dari beberapa daerah,” terangnya.

Berdasarkan hasil tes dan pendapat konsumen, Indomie goreng disesuaikan dengan selera masyarakat lokal.

Dinobatkan sebagai mi terbaik

Indomie telah menjadi merek mi instan favorit berbagai lapisan masyarakat. Bukan hanya digemari masyarakat Indonesia, tetapi juga dari negara-negara lain di dunia.

Kenikmatan Indomie telah diakui banyak pihak. Terbukti, Indomie dinobatkan sebagai ramen instan terbaik oleh media asal Amerika Serikat, L.A. Times.

 

“Menempatkan Indomie sebagai juara sebenarnya curang, karena Indomie lebih tepat disebut sebagai mi instan daripada ramen,” tulis food columnist L.A. Times, Lucas Kwan Peterson.

Sejarah Indomie

Dilansir dari situs resmi Indomie melalui KOMPAS.com, saat pertama kali diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada tahun 1969, banyak yang meragukan mi instan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan pokok.

Akan tetapi, karena harganya relatif terjangkau, mudah disajikan, dan tahan lama, Indomie berkembang pesat seiring dengan diterimanya mi instan di Indonesia.

Produk Indomie yang pertama kali diperkenalkan adalah Indomie kuah rasa kaldu ayam yang saat itu sesuai dengan selera lidah masyarakat Indonesia.

Kemudian pada 1982, penjualan produk Indomie mengalami peningkatan signifikan dengan diluncurkannya varian Indomie kuah rasa kari ayam.

 

Puncaknya pada 1983, penjualan Indomie kembali melonjak setelah peluncuran varian Indomie Mi Goreng.

Kini, produk Indomie telah merambah ke banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Australia, Inggris, Timur Tengah, Afrika, dan China, dan negara-negara lainnya.

Indomie pertama kali dibuat oleh PT Sanmaru Food Manufacturing Co Ltd.

Pada tahun 1984, perusahaan ini dibeli oleh PT Sarimi Asli Jaya yang memproduksi Sarimi.

Selanjutnya tahun 1990, PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang sebelumnya bernama PT Panganjaya Intikusuma mengakuisisi perusahaan tersebut sehingga Sarimi dan Indomie berada di bawah satu perusahaan.

 

Keberadaan PT Indofood tidak bisa terlepas dari sosok Sudono Salim atau Liem Sioe Liong.

Dilansir dari Kompas melalui KOMPAS.com, Minggu (20/12/1992), Salim Group menerapkan strategi bisnis yang terintegrasi.

Sedikitnya 90 persen pasar domestik mi instan saat itu dikuasai Salim Grup dengan produk Supermi, Sarimi, Super Cup, dan sebagainya. Bahkan omzet penjualannya mencapai hampir Rp1 triliun pada tahun 1990.

The post Ternyata Produksi Mie Indomie di Jawa Berbeda Dengan Luar Jawa appeared first on Halo Dunia.



from Halo Dunia https://ift.tt/3i2AkC9
via IFTTT

No comments

Powered by Blogger.